5 Hal Penting tentang Penyakit Tipes. Kebanyakan orang pada saat menderita penyakit tipes mensyaratkan untuk selalu makan bubur tapi tahukan anda bahwa pada saat menderita penyakit tipes ternyata tidaklah harus kita makan bubur. Kenapa demikian?? mengapa bubur bukanlah menu makaan utama bagi penderita penyakit tipes? berikut ini ada 5 hal penting tentang penyakit tipes yang sangat bagus untuk diketahui:
1. Bubur bukanlah makanan wajib penderita penyakit tipes
Penyakit tipes identik dengan menu ketat berbahan utama bubur. Bahkan bubur itu harus disaring sehalus mungkin. "Biar ususnya tidak tambah sakit," begitu kata orang. Tidak cuma itu. Berbagai pantangan pun harus dijalani. Tidak boleh makan ini dan itu. Walhasil, penderita hanya makan bubur dengan lauk pauk seadanya. Dengan menu seperti itu, anak yang menderita penyakit tipes boleh jadi tidak nafsu makan, bahkan menolak makan. Siapa sih yang mau melahap bubur hambar miskin lauk? Selain itu, kandungan kalori sepiring bubur lebih sedikit ketimbang nasi. Jika sepiring bubur mengandung 80-100 kalori, maka sepiring nasi dapat empat kalinya. Walhasil, bubur tak hanya membuat nafsu makan anak hilang, tapi juga membuat tubuhnya lemas. Jika asupan gizi kurang maka dapat dipastikan waktu penyembuhan semakin lama.
Dulu, penderita penyakit tipes wajib makan bubur dengan alasan khawatir terjadi gangguan pada pencernaan atau perdarahan pada usus. Pendapat ini tampaknya perlu diluruskan. Sebab, gangguan pencernaan akibat bakteri Salmonella typhi ada di usus halus. Perlu diketahui, makanan yang sudah masuk usus halus semuanya berbentuk cair. Ini karena sebelumnya makanan itu dikunyah di mulut, lalu diproses di lambung, lalu ke usus halus. Meski asalnya makanan itu padat, tapi kalau sudah masuk usus halus semuanya akan berbentuk cair.
Jadi, sebenarnya tidak ada pantangan buat penderita penyakit tipes makan nasi lembek. Perkecualian jika penderita penyakit tipes tidak sadar, maka penderita disarankan mengonsumsi menu makanan cair.
Pantangan buat penderita penyakit tipes adalah makanan berserat tinggi seperti sayur-sayuran atau buah. Tapi jika diberikan sedikit tidak mengapa. Juga makanan yang berisiko menimbulkan kontraksi pada pencernaan seperti makanan pedas atau asam. Penderita dianjurkan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu, tahu, tempe, dan lain-lain. Dengan demikian, nafsu makan anak membaik, waktu penyembuhan pun semakin cepat.
2. Penderita Penyakit Tipes Harus Banyak Beristirahat
Agar lekas pulih, penderita penyakit tipes memang harus banyak beristirahat di tempat tidur. Untuk keperluan buang air, misalnya, sedapat mungkin penderita penyakit tipes tidak beranjak dari tempat tidur. Banyak pergerakan dapat menyebabkan suhu naik. Bahkan jika terlalu heboh, aktif bergerak dapat menimbulkan risiko usus pecah.
3. Enggak selamanya penyakit tipes dapat diketahui melalui tes widal
Untuk mengetahui seseorang terjangkit penyakit tipes atau tidak, maka tes yang umum digunakan adalah tes Widal. Jika positif berarti penyakit tipes, jika tidak maka mungkin penderita terjangkit penyakit lain. Padahal, Widal positif tidak selalu berarti penderita terjangkit penyakit tipes. Ini karena orang sehat sekalipun jika dites widal hasilnya bisa positif. Seorang dokter penyakit dalam bahkan pernah berkelakar, jika pasien, perawat, bahkan dokter yang berpraktik di kliniknya dites Widal, maka bukan tidak mungkin hasilnya positif semua. Ingat, kebersihan merupakan sebuah hal yang sulit dicari di negeri ini. Nasi goreng yang biasa kita santap bersama teman, es jeruk yang diseruput di warung tegal, bahkan menu makanan di kantin, tidak ada jaminan bebas penyakit tipes100%. Namun, karena jumlah kuman yang masuk ke dalam tubuh tidak sampai menginfeksi, sakit tipes pun tidak terjadi. Ini berbeda dengan kondisi di Eropa atau Singapura yang sanitasinya sudah baik. Tes Widal positif berarti kemungkinan besar terjadi infeksi penyakit tipes.
Namun, tidak berarti tes Widal diragukan akurasinya. Jika tesnya dilakukan di waktu yang tepat, plus diagnosis klinisnya benar, maka penyakit tipes dapat dengan mudah terdeteksi. Tes Widal idealnya dilakukan setelah hari ke-5 atau 6, sesudah penderita mengalami gejala klinis tipes yaitu demam. Jika dilakukan sebelum itu maka hasilnya tidak akurat. Selain itu, selidiki juga gejala lainnya seperti sembelit, nyeri perut, lidah kotor, muntah, dan lain-lain. Dengan kombinasi tes Widal dan deteksi gejala, maka penyakit tipes dapat dideteksi dengan mudah. Selain harganya yang lebih ekonomis, tes Widal juga dapat mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip penyakit tipes tapi lebih ringan. Paratifus disebabkan bakteri Salmonella paratiphy. Sedangkan penyakit tipes disebabkan bakteri Salmonella typhi.
Selain tes Widal, ada tes yang lebih akurat, yaitu tes TUBEXR yang merupakan tes imunologi. Merupakan tes dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut pada penyakit tipes. Beberapa penelitian menyimpulkan, tes ini mempunyai sensitivitas lebih baik daripada uji Widal. Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang. Meski begitu, tes ini hanya dapat mendeteksi penyakit tipes, tapi tidak paratifus yang kerap menyertai tipes. Tes yang lebih akurat adalah pembiakan kuman dari darah, urine, feses, sumsum tulang, atau cairan lainnya. Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid. Media pembiakan yang direkomendasikan untuk S. typhi adalah media empedu. Ini karena S. typhi dan S. paratyphi dapat tumbuh pada media tersebut. Namun, tes biakan kuman sebaiknya dilakukan sebelum penderita diobati antibiotika. Meski sangat akurat dan dapat mendiagnosis penyakit tipes dan paratifus, diagnosis biakan kuman membutuhkan waktu lama (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis untuk diagnosis penderita.
4. Tipes adalah Penyakit jangan dianggap sebagai Gejala
Banyak bakteri yang menegakkan diagnosis penyakit “gejala tipes”. Ini jelas sebuah diagnosis rancu, karena dalam dunia kedokteran tidak mengenal istilah ini. Diagnosis harus tegas, apakah penderita terjangkit penyakit tipes atau tidak. Kalau mau, dokter mengatakan diagnosis dugaan penyakit tipes. Kenali gejala penyakit tipes dengan baik, jika demamnya sampai 5-6 hari hilang timbul maka kemungkinan penderita terjangkit penyakit tipes. Tapi jika tidak demam, atau demamnya turun setelah tiga hari, ada kemungkinan penderita tidak terjangkit penyakit tipes. Ada banyak penyakit infeksi lain yang disertai demam. Apalagi pada hari-hari pertama demam, sulit untuk dapat memastikannya sebagai demam tifoid. Gejala demam juga terdapat pada penyakit lain seperti demam dengue, morbili, dan sebagainya.
5. Penyakit tipes di bawa oleh carrier
Banyak orang yang tidak terlihat sakit tapi berpotensi menyebarkan penyakit tipes. Inilah yang disebut dengan pembawa penyakit tipes. Meski sudah dinyatakan sembuh, bukan tidak mungkin mantan penderita masih menyimpan bakteri penyakit tipes dalam tubuhnya. Bakteri bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ini karena sebagian bakteri penyebab penyakit tipes ada yang bersembunyi di kantong empedu. Bisa saja bakteri ini keluar dan bercampur dengan tinja. Nah, bakteri ini dapat menyebar lewat air seni atau tinja penderita. (Seeful Imam)
Sumber : http://kesehatan.kompas.com
Semoga artikel kesehatan tentang 5 Hal Penting tentang Penyakit Tipes ini bermanfaat
Tuesday, 16 August 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment